Sehatki.com – JAKARTA – Isu penyelenggaraan galon polikarbonat terhadap beragam hambatan kebugaran hingga neoplasma lantaran mengandung Bisphenol A (BPA) terus bergulir. Praktisi kebugaran pun mengungkap faktanya.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo menegaskan bahwa tidaklah ada hubungan neoplasma dengan meminum air dari galon polikarbonat.
“Kebanyakan lantaran paparan-paparan gaya hidup seperti kurang olahraga kemudian makan makanan yang tersebut salah, merokok, dan juga lain sebagainya. Jadi belum ada penelitian air galon itu menyebabkan kanker,” kata Aru.
Anggota Yayasan Kanker Indonesia Dr. Nadia A Mulansari SpPD-KHOM juga menyatakan hal yang dimaksud sama. Dia menjelaskan bahwa sekira 10-15 persen paparan tumor ganas berasal dari genetik juga sisanya sekitar 90-95 persen itu sporadik atau lebih banyak ke lingkungan.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Ahli Bidang Kesehatan Warga Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menyatakan bahwa meminum air dari galon polikarbonat atau guna ulang tiada akan menyebabkan gangguan kesehatan. Dia mengatakan, galon-galon yang disebutkan sudah ada miliki SNI serta sudah pernah melintasi rangkaian penelitian dan juga uji kecocokan pangan.
Dia menjelaskan bahwa BPA memang sebenarnya berbahaya sebagai zat berdiri sendiri. Namun, apabila telah terpolimerisasi menjadi material baru seperti polikarbonat, maka akan menghilangkan bahaya yang dimaksud terkandung pada zat tersebut.
“Kalau semua produk-produk khususnya kemasan itu telah terstandar SNI ya, tandanya ia juga level toleransinya terhadap cemaran itu tiada membahayakan,” katanya.
Badan Pengawas Solusi serta Makanan (BPOM) pada sebuah penjelasan juga memverifikasi bahwa pemanfaatan galon guna ulang aman alias tak mempunyai dampak terhadap kesehatan. BPOM mengimbau rakyat untuk menjadi konsumen cerdas juga tak mudah terpengaruh oleh isu yang dimaksud beredar.
Dalam penjelasannya, BPOM mengutip kajian Otoritas Security Pangan Eropa (EFSA) yang digunakan menyatakan bahwa belum ada risiko bahaya kebugaran terkait BPA. Hal ini dikarenakan data paparan BPA terlalu rendah untuk memunculkan bahaya kesehatan.
Dijelaskannya, kalaupun ada migrasi masih di batas aman sehingga belum ada risiko bahaya kebugaran terkait paparan BPA. EFSA menetapkan batas aman paparan BPA oleh konsumen adalah 4 mikrogram/kg berat badan/hari.
Sementara, BPOM sudah menetapkan Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang kemasan pangan yang mana mengatur persyaratan keamanan kemasan pangan termasuk batas maksimal migrasi BPA maksimal 0,6 bpj (600 mikrogram/kg) dari kemasan PC untuk menegaskan paparan BPA pada tingkat aman.
“Beberapa penelitian internasional juga menunjukkan penyelenggaraan kemasan PC termasuk galon AMDK secara berulang tidaklah meningkatkan migrasi BPA,” kata BPOM seperti dikutipkan website resminya.
Isu bahaya juga migrasi BPA juga telah lama terbantahkan melalui tiga penelitian independen yang diadakan Tim Studi Kimia Organik Universitas Sumatra Utara (USU), Universitas Islam Makassar (UIM) dan juga Institut Teknologi Bandung (ITB). Ketiga penelitian yang dimaksud mendapati bahwa bukan ada migrasi BPA dari galon polikarbonat ke pada air minum.