Terdapat beberapa metode untuk mendeteksi kanker ovarium di dalam tubuh seorang wanita. Deteksi sel kanker dilakukan di laboratorium oleh seorang onkolog sekaligus untuk mengetahui stadium kanker ovarium yang diderita.
Sayangnya sebagian besar wanita jarang melakukan deteksi dini dan baru memeriksakan diri ke dokter setelah mengalami beberapa gejala kanker ovarium stadium lanjut.
Di artikel sehatki.com kali ini kita akan membahas beberapa tes kanker untuk mendeteksi kanker ovarium serta bebera faktor risiko kanker yang sering dilupakan orang.
Wanita memiliki sepasang ovarium. Organ ini terletak di rongga panggul, tepatnya masing-masing ovarium berada di setiap sisi dari uterusatau rahim seorang wanita.
Ovarium merupakan suatu organ yang berfungsi untuk :
- Menghasilkan sel benih perempuan yang disebut ovum
- Memproduksi hormon seks pada perempuan dewasa yang berupa hormon estrogen dan progesteron
Kanker ovarium ditandai dengan adanya pertumbuhan massa abnormal pada ovarium. Pertumbuhan sel kanker yang tidak normal ini terjadi secara berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhanjaringan normal.
Walaupun begitu, rangsangan yang memicu pertumbuhan tersebut telah berhenti, sayangnya lesi abnormal masih dapat menyerbu dan merusak struktur di dekat ovarium.
Bahkan, sel kanker bisa juga menyebar ke organ lain hingga menyebabkan kematian.
Kanker ovarium menempati urutan ketujuh dari seluruh kanker ginekologi di kalangan perempuan di seluruh dunia.
Sementara menurut referensi ilmiah yang lain, kanker ovarium merupakan kanker kandungan terbanyak sesudah kanker serviks, namun mempunyai tingkat kematian yang lebih besar.
Di dunia, jumlah penderita kanker ovarium tertinggi terdapat di Norwegia (15,3 per 100.000), terendah di Jepang (3,2 per 100.000), selisih 5 kali lipat.
Jumlah penderita pada orang kulit putih di Amerika Serikat adalah 12,9 per 100.000, lebih tinggi dari etnis Tionghoa yang bermukim di Los Angeles 8,5 per 100.000, lebih tinggi dari China daratan 5,0 per 100.000 dan penduduk Hongkong (5,8/100.000).
Berdasarkan data dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) kanker ovarium hingga kini menduduki peringkat ke enam terbanyak dari jenis kanker ginekologi.
Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Ovarium
Sebelum kita membahas bagaimana cara mendeteksi kanker ovarium, kita perlu mengetahui apa apa saja faktor risiko yang meningkatkan peluang seorang wanita mengalami kanker ovarium.
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tetapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya.
Faktor genetik juga berpengaruh, sebagian orang secara genetik mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menderita kanker, sebagian lain secara genetik lebih kecil kemungkinannya.
Faktor umur telah dilaporkan sebagai publikasi insidensi yang paling sering pada kanker ovarium. Menurut jurnal ilmiah yang ditulis oleh Crum, tumor jinak ovarium umumnya lebih banyak diderita oleh wanita berumur 20-45 tahun.
Sementara, secara umum, kejadian tumor ganas atau kanker ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya umur.
Selain faktor umur, masih banyak lagi faktor risiko yang dapat meningkatkan insidensi kejadian tumor ganas ovarium, yaitu
- Faktor genetik,
- Faktor reproduksi,
- Faktor hormonal, dan
- Gaya hidup seperti aktivitas fisik, diet, dan merokok.
Belum ada kesimpulan yang pasti pada hubungan faktor gaya hidup dengan peningkatan insidensi kejadian kanker ovarium.
Beberapa penelitian menunjukan adanya peningkatan risiko pada perempuan obesitas sedangkan penelitian lain menunjukan tidak ada hubungan antara body mass index (BMI) dengan risiko terjadi kanker ovarium.
Hal ini juga ditemukan pada hubungan aktivitas fisik dengan peningkatan risiko kanker ovarium.
Penelitian menunjukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan risiko kanker ovarium, sedangkan penelitian lain menyimpulkan tidak adanya hubungan antara keduanya.
Merokok pun pernah dilaporkan menunjukan peningkatan risiko kanker ovarium, khususnya pada jenis epithelial subtype mucinous adenocarcinoma, tetapi tidak pada jenis yang lainnya.
Di antara semua faktor yang bisa memengaruhi seseorang untuk menderita kanker ovarium, faktor genetik dinilai sebagai faktor yang paling berhubungan dengan meningkatnya insidensi tumor ganas ovarium.
Dilaporkan sekurangnya 10% dari tumor ganas epitel ovarium merupakan penyakit keturunan.
Mencari tau berbagai faktor risiko di atas adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker ovarium sejak dini.
Karena ketika kita menemukan adanya risiko tersebut, maka kecurigaan kita terhadap seorang wanita yang menderita kanker ovarium pun semakin meningkat.
Selanjutnya, untuk memastikannya, tentu beragam tes dan pemeriksaan harus dilakukan untuk memastikan apakah kecurigaan tersebut benar adanya ataupun ternyara tidak.
Bagaimana Mendeteksi Kanker Ovarium pada Wanita
Nah, berikut ini berbagai jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker ovarium :
- Skrining genetika
Mendeteksi kanker ovarium bisa dilakukan dengan cara skrining. Pada dasarnya skrining genetik lebih ditujukan pada pencegahan terhadap timbulnya penyakit, yaitu untuk penelitian lebih lanjut tentang gen dan heterogenitas gen manusia yang ada kaitanya dengan keainan fisik.
Pada tumor ovarium, beberapa gen yang mungkin diturunkan dan dapat menimbulkan keadaan tumor adalah BRCA1 dan BRCA2.
Bila seseorang dengan BRCA1 atau BRCA2 yang positif dan dengan mempergunakan data informasi keluarga resiko tinggi, kemungkinan menimbulkan resiko tinggi pada pasien.
Meskipun seseorang mendapat hasil BRCA1 atau BRCA2 yang positif, belum tentu akan timbul kanker pada dirinya, mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 dapat diturunkan pada anak laki-laki ataupun perempuannya.
Dengan hasil tes BRCA1 atau BRCA2 yang positif, maka perlu dilakukan deteksi dini lebih lanjut seperti ultrasonografi transvaginal, pemeriksaan CA-125 dan pemeriksaan klinis.
Contoh sederhana supaya Anda dapat memahaminya yakni pada kasus Angelina Jolie.
Artis hollywood ternama itu melakukan serangkaian pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi apakah memang terbukti terdapat gen pada tubuhnya yang mengalami kelainan.
Hal itu dikarenakan banyak keluarganya yang meninggal akibat kanker, khususnya ibu dan neneknya yang meninggal akibat kanker ovarium.
Tenyata hasil pemeriksaan yang Angelina lakukan menunjukkan adanya bukti bahwa telah terjadi mutasi atau kelainan pada dua gen yang telah disebutkan di atas.
Sehingga, dia pun mencegah terkena kanker payudara dan ovarium dengan cara menjalani operasi pengangkatan kedua organ tersebut.
Keputusannya tentu sangat berat untuk diambil, apalagi ditambah tuntutan profesinya yang mengharuskan memiliki penampilan yang ideal dan sempurna.
Namun, Angelina tetap mengutamakan kesehatan, sehingga ia rela mengangkat payudara sekaligus ovariumnya.
- Pemeriksaan Tumor Marker (Penanda Tumor)
Pada kanker ovarium perlu dilakukan pemeriksaan tumor marker CA-125 untuk mendeteksi kanker ovarium. Penanda ini adalah salah satu antigen yang dilepaskan dari epitel kanker ovarium.
Kira-kira 83% pasien dengan tumor ovarium tipe epitel memiliki kadar CA-125 >35 IU/ml. Peningkatan CA-125 menjadi prediktor kuat terhadap kemungkinan progresivitas penyakit.
Selain CA-125, ada tiga penanda tumor lainnya yang perlu menjadi perhatian untuk diperiksakan, antara lain :
- Alpha-fetoprotein (AFP),
- Lactic acid dehidrogenase (LDH),
- Human placental lactogen (hPL),
- Plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan
- Human chorionic gonadotrophin (hCG).
- Pencitraan (Imaging)
Ultrasonografi adalah salah satu pencitraan yang digunakan untuk keperluan diagnostik sebagai pelengkap pemeriksaan klinis dan mendeteksi kanker ovarium pada wanita.
Skrining dengan ultrasonografi real-time merupakan suatu cara untuk mendeteksi secara dini perubahan struktur organ genitalia, khususnya ovarium dalam proses karsinogenesis.
Ultrasonografi cenderung relatif murah dibandingkan pemeriksaan lainnya.
Pemeriksaan ini dapat membedakan tumor kistik dengan tumor solid. Kistik berarti massa tersebut cenderung berisi cairan, sementara tumor yang solid teksturnya padat.
Pada tumor yang padat, resiko keganasan semakin meningkat dan menurun pada masa yang kistik.
Ultrasonografi transvaginal yang mana sebuah alat dimasukkan melalui vagina merupakan suatu teknik pemeriksaan yang sering dilakukan karena hasilnya yang lebih akurat.
Akurasi tersebut tentunya berdasarkan penjabaran morfologi atau bentuk dari kanker ovarium dengan baik.
Tiga kategori morfologi yang dijabarkan adalah :
- Volume,
- Struktur dinding, dan
- Struktur septum kanker.
Demikian pembahasan mengenai cara mendeteksi kanker ovarium. Selain mencari faktor risiko yang relevan seraya menjalani pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, tentu Anda juga harus memahami betul apa saja gejala yang sesuai dengan kanker ovarium sebelum menjalani pemeriksaan deteksi kanker ovarium.