AIDS adalah salah satu jenis penyakit kronis yang berpotensi mengancam jiwa penderita dengan cara secara sistematis menghancurkan sistem kekebalan tubuh. Meski pengobatan AIDS telah banyak tetapi efek samping obat HIV dapat menurunkan kekebalan tubuh penderita dalam jangka panjang.
Virus HIV sebagai penyebab penyakit AIDS mengganggu kemampuan tubuh untuk melawan organisme penyebab penyakit. Virus ini menular melalui hubungan seksual, transfusi darah atau dari Ibu ke anak.

Efek samping obat HIV AIDS
Butuh waktu bertahun-tahun HIV di dalam tubuh sampai virus tersebut melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membawa penderita ke kondisi AIDS.
Setiap penderita HIV positif memiliki beberapa metode pengobatan, yaitu:
- Penggunaan obat Anti HIV untuk mengobati infeksi HIV
- Obat untuk mengobati efek samping akibat pengobatan HIV
- Obat yang mengobati infeksi oportunistik yang dihasilkan dari sistem kekebalan tubuh yang lemah
Dokter hanya dapat memberi obat ke pasien untuk mengendalikan virus HIV di dalam tubuh. Obat HIV AIDS tersebut bermanfaat untuk menghambat virus tumbuh dan berkembang. Beberapa jenis obat HIV berhasil mengurangi jumlah kematian dan memperpanjang angka harapan hidup penderita.
Daftar Isi:
Efek Samping Obat HIV/AIDS
Sampai sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS meskipun setiap tahun berbagai penelitian terhadap virus ini telah dipublikasikan dan selalu memberi petunjuk yang lebih baik.
Adapun obat HIV/AIDS yang ada sekarang digunakan untuk memperlambat penyebaran virus di dalam tubuh. Penggunaan obat HIV terbukti dapat memperpanjang usia penderita. Sayangnya penggunaan obat HIV AIDS dalam jangka panjang juga dapat menimbulkan komplikasi penyakit lain.
Efek samping obat HIV AIDS seperti zidovudine (AZT), didanosine (Videx), dan zalcitabine (Hivid) dalam jangka panjang dapat merusak sistem kekebalan tubuh, meskipun memang dapat memperlambat perkembangan penyakit AIDS.
Pencegah Infeksi PEP
Post Exposure Prophylaxis (PEP) atau Profilaksis pascapajanan berfungsi untuk mencegah terjadinya infeksi. Obat tersebut dikonsumsi pada penderita yang dinyatakan terserang virus HIV/AIDS dalam rentan waktu 3×24 jam.
Dengan demikian, obat tersebut hanya dapat mulai dikonsumsi maksimal 3 hari setelah pejanan. Makin cepat mengonsumsi setelah pejanan, makin mencegah terjadi infeksi. Obat dapat diberikan selama sebulan dari mulai pengobatan.
Obat HIV/AIDS dan efek sampingnya selalu berjalan beriringan. Setiap obat yang dikonsumsi selalu memberikan efek samping.
Obat yang direkomendasikan menjadi PEP bernama tenovofir disoproxil fumarat dengan emtricitabine. Obat tersebut memiliki efek samping cukup ringan, tetapi efektif untuk mengobati HIV.
Efek samping obat HIV PEP cukup ringan yaitu mual-mual dan badan yang tidak nyaman. Efek lainnya adalah diare, kelelahan, sakit kepala, dan muntah.
ARV (Antiretroviral) merupakan obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV/AIDS. Akan tetapi, obat ini tidak bisa membunuh virus. Kemampuannya hanya memperlambat pertumbuhan virus. Reaksi setelah minum obat ARV beragam di kalangan penderita.
Sayangnya lagi, tubuh penderita mudah kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu, pemberian ARV disarankan kombinasi antar golongan. Berikut ini adalah golongan ARV tersebut.
- NNRTI (non-nucleosid reverse transciptase inhibitors) yang berfungsi mencegah HIV menggandakan diri dengan menghilangkan protein.
- NRTI (nucleosid reverse transciptase inhibitors) bekerja dengan cara menghambat perkembangan virus HIV di dalam sel tubuh.
- Protease Inhibitors yang berfungsi menghilangkan protein yang dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri. Protein tersebut ada di dalam protease.
- Entry Inhibitors yang berfungsi mencegah HIV masuk ke sel-sel CD4. Sel CD4 yaitu sel yang bertugas melawan infeksi dalam darah).
- Integrase Inhibitors berfungsi menghilangkan protein integrase. Protein ini digunakan virus HIV untuk memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel CD4.
Cara pemberian ARV adalah dengan mengombinasikan tiga jenis golongan obat. Jenis yang diberikan juga berbeda untuk tiap-tiap orang. Pemberian tersebut bergantung pada kondisi tubuh penderita.
Setelah dilakukan pengobatan ARV, penderita harus mengonsumsinya seumur hidup. Jika tidak cocok dengan satu kombinasi, harus dicoba dengan kombinasi yang lain. Begitu seterusnya agar infeksi tidak lekas menyebar.
Obat HIV/AIDS dan efek sampingnya merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan. ARV juga memiliki efek samping tertentu yang berbeda untuk setiap orang.
Oleh karena itu, konsultasikan selalu efek samping obat HIV kepada dokter. Dampak negatif obat ARV adalah kelelahan, mual, ruam, diare, bagian tubuh mengalami penggemukan dan pengurusan tidak seimbang, serta suasana hati yang tidak menentu.
ARV Khusus Wanita Hamil
Wanita hamil yang terserang HIV/AIDS membutuhkan ARV khusus. ARV tersebut berfungsi mencegah bayi tertular HIV.
Dengan mengonsumsi ARV, kemunginan bayi yang terserang HIV dari ibu penderita adalah 1:100, sedangkan jika tanpa pengobatan, perbandingannya adalah 25:100.
Sebaiknya ibu yang menderita HIV dianjurkan melahirkan secara cesar. Akan tetapi, dengan konsultasi lebih awal dan penanganan dini dimungkinkan juga persalinan normal.
Selain itu, ibu penderita HIV juga sebaiknya tidak menyusui bayi tersebut. Efek samping obat HIV ARV pada ibu hamil adalah munculnya beberapa mengalami alergi. Maka, harus meminum juga obat antialergi.
Dibandingkan dengan pengobatan, pencegahan penularan HIV/AIDS lebih baik dilakukan. Jika Anda telah terserang virus tersebut, obat yang benar-benar menyembuhkan belum ada.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari seks bebas. Hal tersebut merupakan faktor utama tertular virus tersebut. Jaga selalu diri Anda.
Sampai sekarang para peneliti terus mengembangkan setiap potensi yang dapat menjadi obat baru bagi HIV/AIDS. Meskipun beberapa penelitian menyebutkan bahwa sunat atau khitan dapat mencegah penularan HIV/AIDS tetapi obat mujarab untuk mematikan virus HIV belum ada.
Maka cara terbaik untuk memerangi AIDS adalah dengan menghindarinya sejak awal. Artinya, Lakukan hubungan seks hanya dengan satu orang yang sama-sama telah terbukti bebas dari virus HIV atau gunakan kondom bila anda suka berganti-ganti pasangan seksual, meskipun pemakaian kondom tidak bisa di andalkan sepenuhnya.
Dan apabila anda harus disuntik, waspada terhadap jarum suntik yang akan digunakan. Jangan menggunakan jarum suntik yang bekas pakai orang lain, karena virus HIV dapat menular ke orang lain melalui jarum suntik.