Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi

Peningkatan populasi manusia yang semakin membludak membuat beberapa negara menerapkan peraturan mengenai jumlah anak. Pembatasan jumlah anak dalam satu keluarga diharapkan dapat mengontrol jumlah populasi yang tidak terkendali.

Salah satu cara dalam membatasi jumlah anak dalam satu keluarga adalah dengan penggunaan alat kontrasepsi.

Alat kontrasepsi adalah alat yang berfungsi untuk mencegah dan menunda terjadinya kehamilan dengan cara mencegah terjadinya pembuahan sel telur oleh sperma.

Saat ini telah banyak tersedia berbagai macam alat kontrasepsi. Di artikel sehatki.com kali ini kita akan membahas secara mendetail beberapa jenis alat kontrasepsi, baik itu secara medis maupun secara alami.

Berikut kami sajikan beberapa jenis alat kontrasepsi yang ada di dunia:

A. Jenis Alat Kontrasepsi Temporer

Kontrasepsi ini hanya bersifat sementara dan bisa dilepas kembali jika Anda dan pasangan ingin mempunyai anak. Berikut adalah beberapa jenis kontrasepsi kontemporer:

  1. Kondom

Kondom merupakan alat kontrasepsi yang paling mudah digunakan dan popular. Jika dulu hanya dikenal kondom untuk pria, tapi sekarang telah ada kondom untuk wanita pula.

Namun kondom untuk wanita dipasang  pada mulut vagina 8 jam sebelum berhubungan intim. Penggunaan kontrasepsi ini bukan hanya mencegah kehamilan, tapi juga dapat mencegah tertularnya dari penyakit seksual.

  1. Suntik KB

Suntik KB merupakan salah satu kontrasepsi  yang menggunakan hormon progestin untuk mencegah terjadinya pembuahan. Suntik KB ini dilakukan tiap 6 bulan sekali.

Sayangnya, suntik KB tidak melindungi dari penyakit seksual menular, dapat menyebabkan terjadinya penipisan tulang, mempunyai efek mual dan kenaikan berat badan, meningkatkan risiko kanker, juga menurunkan gairah seksual.

Jika Anda menginginkan anak, setelah berhenti menggunakan metode konstrasepsi ini, maka Anda masih harus menunggu setidaknya selama 1 tahun untuk menghilangkan efek dari suntikan KB.

Alat kontrasepsi pria dan wanita

Alat kontrasepsi pria dan wanita

  1. Pil KB

Pil KB terdiri dari 2 jenis, yakni yang mengandung hormon progesterone dan yang mengandung gabungan hormon progesterone dan estrogen. Penggunaan alat kontrasepsi ini harus diminum setiap hari.

Efek samping dari alat kontrasepsi ini adalah dapat mengganggu siklus menstruasi, berat badan bertambah, dan risiko tekanan darah tinggi.

  1. IUD/spiral

Masyarakat lebih mengenal alat kontrasepsi  IUD dengan sebutan spiral. Hal ini karena memang bentuknya yang seperti huruf T atau spiral. Alat kontrasepsi IUD bisa bertahan hingga bertahun-tahun tergantung dari bahannya.

Jika jenis IUD yang terbuat dari tembaga seperti Paragard, dapat bertahan hingga 10 tahun. Sedangkan IUD yang mengandung hormon bertahan hingga 5 tahun.

IUD digunakan dengan cara ditanam pada rahim sehingga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mudah lepas jika pengguna terlalu aktif bergerak.

Terkadang ada pula yang menimbulkan alergi jika tubuh pengguna menolak. Tidak seperti suntik KB, IUD atau spiral akan langsung hilang efeknya begitu dilepas, sehingga Anda tidak perlu menunggu lama untuk memiliki anak.

  1. Spermisida

Spermisida merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk gel yang dapat diaplikasikan pada vagina minimal 30 menit sebelum berhubungan.

Spermisisda juga dapat dikombinasikan pada kondom. Kekurangan dari spermisida adalah sering menimbulkan iritasi pada vagina maupun penis.

  1. Koyo Ortho Evra

Alat kontrasepsi yang satu ini hampir tidak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Alat kontrasepsi ini memang tidak begitu disarankan karena dapat menimbulkan iritasi, sakit kepala berkepanjangan, dan meningkatkan tekanan darah.

Koyo ini digunakan dengan cara ditempelkan pada perut bagian bawah, lalu akan dilepaskan hormon estrogen dan progestin ke dalam tubuh sehingga pembuahan pun tidak dapat terjadi.

  1. Cervical cap

Cincin karet yang tengahnya berbentuk seperti kubah yang dipasang pada mulut rahim agar sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim.

Hanya saja penggunaan cervical cap sangat merepotkan karena membutuhkan bantuan dokter dan hanya dapat bertahan selama 2 hari. Efek samping alat kontrasepsi servical cap adalah dapat menyebabkan iritasi.

  1. Diafragma

Diafragma mempunyai bentuk yang sama seperti cervical cap hanya saja ukurannya lebih besar dengan ketebalan yang lebih dibandingkan kondom.

Peletakkannya pun dilakukan pada mulut rahim dan biasanya digunakan bersamaan dengan spermisida.

Diafragma harus tetap digunakan selama 6 jam setelah berhubungan intim. Penggunaan yang lama dan disertai dengan spermisida semakin meningkatkan risiko iritasi pada vagina.

  1. Implan

Seperti namanya, alat kontrasepsi ini memang ditanam pada tubuh, tepatnya pada lengan bagian atas.

Dengan bentuk berupa batang kecil berukuran 40 mm, implan bekerja dengan melepaskan hormon progestin secara perlahan ke dalam tubuh.

Penggunaan implan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, siklus menstruasi yang tidak teratur, jerawat, perubahan mood, nyeri payudara, mual, serta tidak dapat digunakan pada penderita diabetes, liver, serta osteoporosis.

Implan dapat bertahan selama 5 tahun di dalam tubuh.

B. Alat Kontrasepsi Permanen

Kontrasepsi permanen merupakan alat kontrasepsi yang tidak dapat dilepas lagi sehingga Anda harus benar-benar yakin bahwa Anda tidak ingin memilki keturunan lagi sebelum menggunakan kontrasepsi permanen.

Berikut adalah beberapa jenis alat kontrasepsi permanen:

  1. Vasektomi

Vasektomi merupakan prosedur medis dimana dokter akan melubangi buah zakar, lalu menarik saluran vas deferens dan memotongnya, kemudian kedua saluran tersebut diikat dan menutup kembali buah zakar dengan jahitan.

Prosedur ini akan menyebabkan sperma tidak lagi bercampur dengan air mani. Namun Anda tetap  harus melakukan metode kontrasepsi lain selama 3 bulan karena dikhawatirkan masih terdapat sisa sperma pada ujung bukaan saluran vas.

Vasektomi dapat menyebabkan infeksi, pendarahan, dan rasa tidak nyaman lainnya sebagaimana efek pasca operasi, tapi semua itu akan hilang dengan sendirinya. Namun seringkali terjadi pembengkakan dan rasa sakit pada buah zakar.

Baca juga: Mekanisme Melakukan Vasektomi

  1. Implan tuba

Implan tuba juga harus dilakukan melalui prosedur medis dengan cara memasang implan yang terbuat dari logam atau silicon pada tuba falopi.

Sayangnya prosedur ini memiliki beberapa risiko seperti jika implan patah, maka patahannya dapat berpindah ke bagian tubuh lain dan menyebabkan kerusakan jaringan, perforasi atau implan keluar menembus tuba falopi, sakit kepala, menstruasi tidak teratur, nyeri perut atau panggul, reaksi alergi, dan menimbulkan rasa tidak nyaman pada bagian pinggul.

Namun di balik semua resiko tersebut, tingkat keberhasilan metode ini mencapai  99%.

  1. Tubektomi

Prosedur medis pada tubektomi dilakukan dengan melakukan sterilisasi pada tuba falopi sehingga sel telur tidak akan masuk ke dalam tuba falopi.

Sterilisasi ini dilakukan dengan cara memotong dan mengikat saluran tuba falopi. Namun ada risiko pada metode kontrasepsi ini, yakni dapat terjadi pendarahan dan infeksi.

Biayanya juga lumayan mahal. Jika prosedur ini gagal, maka ada kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik ke depannya nanti.

C. Kontrasepsi Alami

Selain melakukan pengendalian kelahiran menggunakan cara medis, terdapat jenis kontrasepsi lain yang dilakukan secara tradisional sehingga disebut kontrasepsi atau Keluarga Berencana (KB) Alamiah.

Berikut ini beberapa contoh KB alami.

  1. KB sistem kalender

Metode ini tidak menggunakan alat sama sekali melainkan menggunakan fungsi tubuh dan pengetahuan tentang siklus menstruasi untuk menghitung kapan ovulasi tiba.

Seperti diketahui, kehamilan hanya bisa terjadi apabila hubungan seks dilakukan di masa subur wanita. Di luar waktu itu tidak akan terjadi pembuahan, kecuali pasutri salah menghitung kalender atau siklus menstruasi istri tidak teratur.

Untuk menghitung siklus menstruasi dan kapan ovulasi tiba, bisa dengan menggunakan sistem kalender. Ovulasi juga bisa diketahui dengan mencatat suhu basal tubuh di pagi hari, atau dengan memeriksa perubahan lendir serviks.

  1. Senggama Terputus (coitus interuptus)

Teknik ini sangat umum dilakukan oleh pasangan yang bercinta tanpa alat kontrasepsi apapun. Caranya dengan melakukan ejakulasi di luar vagina.

Tentu metode ini memiliki rentan kegagalan yang sangat besar. Kegagalannya mencapai 4-18 kehamilan pada 100 wanita setiap tahun.

  1. Kontrasepsi Abstinence

Abstinence adalah istilah yang merujuk pada pasangan yang menahan diri tidak berhubungan seks secara sukarela. Tingkat keberhasilan metode ini mencapai 100% dalam mencegah kehamilan dan mencegah penularan penyakit akibat hubungan seksual.

Demikian beberapa jenis alat kontrasepsi yang dapat menjadi referensi bagi Anda. Pilihlah jenis alat kontrasepsi yang sesuai dengan keperluan Anda dan pasangan, serta selalu patuh dan disiplin pada petunjuk dan saran dari dokter agar mendapat manfaat yang maksimal.

Selain itu perlu juga diketahui bahwa hampir semua jenis alat kontrasepsi dapat menghentikan kehamilan tetapi tidak semua alat tersebut dapat mencegah terjadinya penularan Penyakit Menular Seksual (PMS).

Anda juga perlu mengetahui bahwa tidak ada satu pun jenis alat kontrasepsi yang memiliki tingkat keberhasilan 100%. Sehingga anda tetap perlu memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala kehamilan.

Ingatlah untuk selalu mendiskusikan pilihan kontrasepsi yang tepat bersama pasangan dan pikirkan baik-baik jika ingin menggunakan kontrasepsi permanen karena tidak ada kemungkinan untuk kembali seperti semula atau  memiliki keturunan lagi.

Leave a Reply