Belakangan ini, salah satu tumor jinak ginekologi yang marak dijumpai pada wanita ialah kista ovarium. Karena itu di artikel sehatki.com kali ini kita akan membahas beberapa jenis kista ovarium dan apa saja faktor risikonya.
Kista ovarium kerap kali menyerang para wanita di masa reproduksinya, yaitu ketika usia belasan tahun selepas haid pertama hingga periode kehidupannya menjelang menopause.
Kista ovarium adalah sebuah massa atau benjolan kistik yang tumbuh di indung telur. Kista ovariun bisa diumpamakan layaknya sebuah balon yang diisi dengan cairan.
Kista ovarium terbagi atas dua yaitu kista fungsional dan kista patologi. Kebanyakan kista ovarium adalah kista fungsional karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi.
Jenis-Jenis Kista Ovarium
Kista ovarium fungsional disebabkan oleh karena kegagalan folikel pecah atau regresi.
Dokter yang mencurigai terbentuk kista menganjurkan penderita melakukan kontrol setelah 3 bulan kemudian untuk melakukan evaluasi. Kista ovarium biasanya akan mengkerut dan menyusut setelah beberapa waktu (setelah 1-3 bulan).
Beberapa jenis kista fungsional antara lain adalah sebagai berikut:
- Kista folikuler
Kista ini berasal dari folikel yang tidak ruptur alias pecah. Kista ini biasanya dapat menghilang secara spontan dan memiliki ukuran kurang dari 6 cm.
Bila dilihat secara histologi alias berdasarkan gambaran jaringan, kista folikuler dilapisi oleh :
- Lapisan dalam berupa sel-sel granulosa, dan
- Lapisan luar berupa sel-sel teka interna.
Cairan yang terdapat di dalam folikel yang tidak seluruhnya terbentuk, tidak dapat diserap kembali ke tubuh. Alhasil, hal itu menyebabkan pembesaran dari kista folikuler.
Biasanya jenis kista ini tidak menimbulkan gejala, meskipun bisa juga terjadi ketidakteraturan haid, perdarahan diluar haid, bahkan torsi alias terpuntirnya kista.
Bila ukuran kista telah membesar maka dapat menyebabkan nyeri panggul dan juga dispareuni atau nyeri tatkala berhubungan seksual dengan pasangan.
- Kista korpus luteum
Dalam keadaan normal, korpus luteum adalah bagian dari perkembangan sel telur yang lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans.
Namun, korpus luteum terkadang mempertahankan diri (korpus luteum persistens). Hal itu menimbulkan perdarahan yang sering terjadi di dalamnya sehingga terbentum kista yang berisi cairan berwarna merah coklat karena darah tua.
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan menstruasi seperti:
- Tidak haid selama minimal 3 bulan yang disebut juga dalam dunia medis sebagai amenore,
- Perdarahan yang tidak teratur, dan
- Rasa berat di perut bagian bawah.
- Kista teka lutein
Kista ini biasanya adalah penyakit penyerta yang biasanya dijumpai pada penderita mola hidatidosa.
Kista teka lutein disebabkan oleh pengaruh HCG yang berlebihan. Kista ini dapat mengalami torsi, infark, dan perdarahan.
- Kista Stein-Leventhal
Kista ini disebut juga sebagai Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS).
Kelainan ini disebabkan oleh gangguan proses pengaturan ovulasi dan ketidakmampuan enzim yang berperan pada proses sintesis estrogen di ovarium.
Pada perempuan yang menderita PCOS, gangguan sintesis estrogen tidak ditemukan, namun justru dijumpai adanya produksi estrogen yang tinggi.
Alhasil, esterogen yang berlebih merangsang timbulnya massa abnormal berupa kista di ovarium. Selain itu, peningkatan esterogen juga bisa menyebabkan peningkatkan risiko terkena kanker endometrium dan payudara.
Baca juga: Perbedaan Kista dan Miom Serta Cara Mengobatinya
Jenis Kista Patologi
Meskipun begitu, kista ovarium bisa juga tidak mengalami penyusutan dengan sendirinya. Hal tersebut dinamakan dengan kista patologi.
Kista patologi atau kista neoplastik yang jinak dapat dibagi menjadi :
- Kistadenoma ovari serosum
Kista ini biasanya berasal dari epitel (lapisan terluar) permukaan ovarium. Permukaannya licin, tetapi dapat pula berbenjol-benjol sehingga dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu.
Warna kista putih keabu-abuan dan isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang cokelat. Karakteristik kista yang satu ini adalah adanya potensi pertumbuhan banyak bintil atau papil ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista.
- Kistadenoma ovarii musinosum
Kistadenoma ovarii musinosum atau kistadenoma musinosa adalah kista yang bersifat berbenjol-benjol dengan berbagai rongga di dalamnya serta memiliki permukaan halus.
Kista ini bisa mencapai ukuran yang sangat besar, bahkan beratnya bisa mencapai 50kg.
Kista ini berdinding cukup tebal dengan warna putih keabu-abuan yang berisi cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai cokelat.
Bagian terluar dari kista ini dilapisi dengan sel epitel berbuntuk kolumnar tinggi dengan inti pada dasar sel.
Kista ovarium jenis ini di dalam banyak aspek serupa dengan tumor serosa dan perbedaannya bahwa epitel terdiri atas sel penghasil musin yang serupa dengan yang ditemukan pada mukoendoserviks.
Delapan puluh persen tumor ini bersifat jinak, 10% memiliki potensi keganasan yang rendah, sisanya ganas atau kistadenokarsinoma
- Kistosum ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai sehingga dapat terjadi torsi (putaran tangkai), sering bilateral (terjadi di kedua sisi, kanan maupun kiri) dan dapat membesar.
Dinding kista ini tidak tebal dan cairan di dalam kista bersifat jernih dan serosa serta berwarna kuning.
Pengobatan bagi seorang penderita kistosum ovarii simpleks yaitu pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
Selepas kista diangkat maka biasanya dokter akan melanjutkan pemeriksaan histologik. Pemeriksaan tersebut diperlukan untuk mengetahui apakah ada keganasanatau tidak.
- Kista dermoid
Baca juga: Jenis-jenis Kanker Ovarium
Kebanyakan kista tidak berbahaya tetapi beberapa diantaranya dapat menyebabkan masalah seperti :
- Pecah,
- Perdarahan,
- Sakit atau sampai mengalami pembedahan.
Jika sampai dilakukan pembedahan untuk mengangkat kista, biasanya sebagian jaringan dari kista akan diperiksakan jaringannya di laboratorium patologi anatomi.
Kemudian, ketika hasil pemeriksaan jaringan menunjukkan keganasan, maka kista ovarium bisa termasuk ke dalam kanker ovarium.
Faktor Risiko Kista Ovarium
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya kista ovarium pada seorang wanita, yaitu:
- Usia
Risiko peningkatan tumor ovarium, termasuk dalam bentuk kista, semakin tinggi seiring bertambahnya usia.
- Siklus haid
Siklus haid yang panjang atau disebut juga dengan istilah oligomenorrhea, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kista ovarium.
Selain itu, semakin cepat seorang wanita datang bulan (haid) pertama kali, maka risiko ia menderita kista ovarium pun semakin meningkat. Faktor risiko pun juga akan meningkat dua kali lipat dengan riwayat menstruasi yang tidak teratur.
- Riwayat keluarga
Sekitar 10% dari kista ovarium disebabkan oleh mutasi gen yang diwariskan sehingga dapat meningkatkan risiko kista ovarium. Misalnya, mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2.
- Kegemukan
Beberapa penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara obesitas atau kegemukab dengan kista ovarium.
Body Mass Index (BMI) yang lebih dari 30 memiliki risiko lebih besar terhadap pekembangan tumor ovarium, termasuk juga kista ovarium.
- Kekurangan hormon tiroid (Hipotiroid)
Ada beberapa teori yang menjelaskan hubungan hipotiroid dengan kista ovarium, yaitu:
- Kesamaan struktural alias bentuk antara Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dengan Follicle Stimulating Hormone Receptor (FSHR), sehingga tingginya level TSH dapat menyebabkan aktivasi sel folikel yang memicu terbentuknya kista ovarium.
- Pada seseorang yang mengalami hipotiroid berat, terjadi perubahan kadar gonadotropin. Mereka memiliki tingkat FSH relatif tinggi dan tingkat LH yang rendah.
- FSHR memperkuat efek Human Chorionic Gonadotropin (HCG) atau TSH pada folikel.
- TSH memiliki efek pada ovarium untuk menstimulasi hormon gonadotropin dengan stimulasi reseptor nuklir tiroid dalam sel granulosa. Gangguan dalam pembentukan hormon steroid oleh jenis myxedematou mampu mengenai ovarium sehingga hipotiroidisme mempengaruhi perubahan kistik dalam ovarium.
- Faktor lingkungan
Beberapa peneliti telah memperkirakan bahwa paparan bahan kimia lingkungan seperti pestisida dan herbisida berhubungan dengan kista ovarium.
Hubungan antara atrazine dan tumor ovarium juga telah diamati dalam dua penelitian di Italia, yang menunjukkan bahwa atrazine bersifat karsinogenik pada manusia.
- Merokok
Pemakaian tembakau juga menjadi salah satu faktor resiko terjadinya kista ovarium dimana terjadi peningkatan faktor resiko dua kali lipat bagi mereka yang merokok.
Demikian beberapa jenis tumor ovarium yang perlu diketahui serta beberapa faktor risiko pada wanita, semoga bermanfaat.