Dapat menikmati seks sampai tua adalah keinginan semua orang, sayangnya kondisi tersebut sulit didapatkan karena pada umumnya kemampuan seksual semakin berkurang seiring dengan usia yang semakin bertambah.
Meskipun faktor sosial dan budaya di Indonesia menganggap tidak layak membicarakan seksualitas pria di usia lanjut secara terbuka tetapi proses menua pada manusia adalah proses alami yang tidak bisa di tolak oleh siapapun.
Pengetahuan seksualitas pada pria usia lanjut perlu di ungkapkan oleh para Dokter secara terbuka agar terdapat pemahaman yang jelas tentang perilaku seksual yang sama sekali berbeda ketika usia masih muda.
Dengan pemahaman yang benar masyarakat dan para pria khususnya dapat terhindar dari berbagai mitos seks yang kerap beredar di masyarakat. Dari penyelidikan yang dilakukan Masters & Johnson, ada beberapa fenomena seksualitas pria di usia tua, yaitu:
- Diperlukan waktu yang lebih lama dan stimulasi langsung pada daerah genital untuk mencapai tingkat ereksi yang baik
- Ketegangan atau kekuatan ereksi penis yang semakin berkurang/lemah
- Keinginan untuk berejakulasi juga menurun, mungkin disebabkan karena produksi diakibatkan oleh produksi sperma yang juga berkurang atau kemungkinan adanya gangguan pada prostat.
Namun demikian, secara umum diketahui bahwa pria yang berusia 60-an, 70-an dan 80-an tidak lagi mengutamakan ejakulasi dalam menyelesaikan hubungan seksual mereka.
Pria usia tua masih dapat bergairah dan memperoleh kepuasan seksual walaupun tidak disertai dengan ejakulasi. Selain itu, diketahui bahwa masa refrakter (waktu yang dibutuhkan seseorang untuk dapat berejakulasi) juga akan bertambah lama seiring dengan meningkatnya usia.
Penelitian lain yang dilakukan Kinsey menunjukkan bahwa aktivitas seksual dan kesuburan pria akan mulai menurun pada usia 40 tahun yang prosesnya dimulai sejak usia duapuluhan, dan secara bertahap akan menurun terus seiring dengan bertambahnya usia. Sedangkan pada wanita, tidak banyak ditemukan peneurunan yang semacam itu.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan Pfeiffer pada 261 pria dan 241 wanita (kulit putih yang’ berusia di antara 45 – 71 tahun, yang berasal dari kelompok sosio-ekonomi menengah di daerah tenggara Amerika), mengungkapkan bahwa:
- 75% dari pria yang berusia 61 – 71 tahun, masih melakukan koitus dengan frekuensi 1 kali sebulan atau lebih.
- 37% dari pria yang bēuisia 61 – 65; dan 28% dari kelompok usia 66 – 71; masih melakukan setidaknya sekali dalam seminggu.
- Sebagai kontras, dijumpai bahwa 61% dari wanita usia 61 – 65 tahun, dan 73% dari mereka yang berusia 66 – 71 tahun, tidak lagi melakukan koitus.
Dari 628 pria yang diselidiki yang berusia 20 – 95 tahun, ternyata penurunan frekuensi hubungan seksual mulai terjadi setiap interval lima tahun setelah pria tadi berusia 35 tahun.
Frekuensi ini menurun mulai dari 2,2 kali seminggu pada usia 30 – 34 tahun menjadi 0,7 kali pada usia 60 – 64 tahun, dan berturut-turut akan menurun lagi menjadi 0,4 kali pada kelompok usia 65 – 74 tahun, dan 0,3 kali pada usia 75 – 79 tahun.
Angka ini adalah angka optimal yang dijumpii pada kelompok pria sehat yang mempunyai latar belakang. Sosio ekonomik menengah dan riwayat perkawinan yang stabil.
Kepuasan seksual yang diperoleh pria dari muda sampai tua sama saja yang berbeda adalah orientasi dan tujuannya. Di usia tua, pria tidak lagi mementingkan terjadinya ejakulasi. Tetapi walaupun demikian kepuasan seksual dalam hubungan masih tetap dapat diraih.
Pria lanjut usia umumnya telah matang dan bijak dalam meniti kehidupan, pada umumnya menikmati seks bagi mereka tidak melulu berarti penetrasi lalu orgasme. Pada umumnya orientasi seksual mereka telah berubah menjadi cinta dan pengabdian kepada pasangan.
lol