Aborsi Sebabkan Kanker Payudara

Aborsi menyebabkan kanker payudara, fakta ini jarang diperhatikan oleh kaum wanita. Padahal beberapa penelitian menyebut melakukan aborsi akan meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 50%.

Setidaknya terdapat 30 penelitian yang telah mengonfirmasi adanya hubungan timbal balik antara melakukan aborsi dengan pertumbuhan sel-sel tak normal penyebab kanker payudara pada wanita.

Kanker payudara adalah sel-sel tidak normal yang tumbuh tidak terkontrol lalu menyebar ke organ tubuh yang lain, dan menyebabkan penyakit semakin sulit disembuhkan.

Para ahli menyebutkan, aborsi yang dilakukan secara sengaja atau tidak dilakukan dengan bantuan medis yang benar dapat menyebabkan kanker payudara yang menyebar di dalam tubuh. Abortus disebut-sebut sebagai salah satu penyebab kanker payudara pada wanita.

Apa Itu Aborsi

Aborsi adalah penyebab kanker payudara pada wanita

Aborsi adalah penyebab kanker payudara pada wanita

Aborsi  adalah suatu kondisi dimana janin atau bayi dalam kandungan keluar sebelum waktunya. Aborsi dapat terjadi karena alasan alami, sengaja, dan medis.

Aborsi yang terjadi secara alami biasanya disebut dengan keguguran, hal ini terjadi bukan karena keinginan sang ibu tapi karena janin memang lemah atau sebab alami lainnya.

Aborsi yang alami ini biasanya akan membuat wanita menjadi trauma dan depresi akibat kehilangan bayinya.

Sedangkan aborsi dengan alasan medis adalah aborsi yang terjadi demi menyelamatkan nyawa sang ibu atau kemungkinan bayi terlahir cacat atau meninggal.

Beberapa alasan dilakukannya aborsi medis diantaranya adalah wanita tersebut terkena cacar air sehingga ikut menginfeksi bayi dalam kandungan, wanita tersebut mengidap kanker, memiliki penyakit diabetes dan penyakit seksual menular yang parah, dan bayi cacat.

Aborsi medis biasanya dilakukan dengan menggunakan obat-obatan terlebih dahulu dan dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Obat-obatan yang digunakan dalam aborsi medis yakni Mifepristone dan Misoprostol.

Mifepristone bertujuan untuk menghambat hormon progesterone yang diperlukan untuk mempertahankan kehamilan. Sedangkan misoprostol berfungsi untuk meningkatkan kontraksi dan membantu mengeluarkan produk-produk konsepsi dari rahim.

Efek samping dari metode aborsi ini diantaranya adalah kram dan pendarahan seperti pada masa menstruasi namun waktunya lebih lama.

Sedangkan efek samping umum lainnya adalah mual, muntah, dan diare. Jika aborsi akan dilakukan pada trimester kedua, maka diperlukan alat medis khusus atau kuret.

Namun tahukah Anda bahwa aborsi yang dilakukan pada trimester kedua merupakan aborsi yang sangat mengerikan baik bagi wanita maupun janin.

Aborsi akan dilakukan dengan memasukkan alat khusus melalui vagina dan memotong-motong tubuh bayi di dalam rahim, mulai dari kaki, tangan, badan, hingga kepala.

Pada proses inilah tindakan aborsi dianggap keji karena memotong bagian tubuh bayi satu persatu untuk mengeluarkannya.

Aborsi yang dilakukan secara sengaja adalah aborsi yang memang sengaja dilakukan oleh sang ibu karena tidak menginginkan seorang anak.

Aborsi jenis ini biasanya dilakukan secara illegal atau dengan cara tidak aman. Aborsi ini biasanya meninggalkan sisa pada rahim sehingga rahim menjadi mudah terkena infeksi bakteri dan kanker.

Sebuah lembaga gabungan dari WHO menyatakan bahwa satu dari empat kehamilan akan berakhir pada tindakan aborsi.

Begitu pula dengan data dari BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) mencatat bahwa terdapat 2,4 juta kasus aborsi terjadi di Indonesia setiap tahunnya dan kebanyakan adalah aborsi yang dilakukan dengan cara tidak aman.

Tingginya angka aborsi ini juga diikuti dengan peningkatan jumlah penderita kanker payudara.

Lakukan Aborsi Risiko Kanker Payudara Meningkat 50%

Sebuah badan kesehatan di Amerika Serikat,  National Cancer Institute atau NCI juga melakukan beberapa penelitian di Seattle dan mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara kanker payudara dengan aborsi.

Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa wanita yang melakukan aborsi pada usia di bawah 18 tahun akan mengalami peningkatan resiko kanker payudara hingga 150%.

Sedangkan pada wanita yang melakukan aborsi di usia 35 tahun ke atas dan memiliki riwayat keturunan kanker payudara, maka resiko tersebut dapat meningkat hingga 270%.

Jika seorang wanita memiliki riwayat keturunan kanker payudara dan melakukan aborsi di bawah usia 18 tahun, maka ia akan menderita kanker payudara pada usia 45 tahun dan risiko ini akan meningkat hingga 6 kali lipat jika ia melakukan aborsi lebih dari sekali.

Hal ini dikarenakan ketika hamil, payudara juga akan mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan sang bayi dengan mengaktifkan sel-sel penghasil susu.

Hormon estrogen yang berlebihan inilah yang akan mempersiapkan produksi susu. Ketika terjadi aborsi, maka sel-sel payudara pun ikut berhenti memproduksi susu secara seketika.

Sementara hormon estrogen yang masih menumpuk pada payudara akan menyebabkan timbulnya jaringan asing atau kanker.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aborsi dapat menyebabkan kanker payudara dan terutama bagi mereka yang melakukannya berkali-kali.

Bahkan seorang professor biologi dan endokrinologi mengkonfirmasi bahwa aborsi menjadi penyebab utama kanker payudara.

Sebuah klinik abortus di Amerika Serikat, Planned Parenthood, memperingatkan pada pasien mereka yang ingin melakukan abortus secara sengaja bahwa mereka akan mendapatkan peningkatan resiko terkena kanker payudara hingga 50%.

Penelitian tentang hubungan antara aborsi dengan kanker payudara juga dilakukan di tempat lain, yakni University of Colombo di Srilanka.

Hasil yang didapatkan juga sama, yakni aborsi mampu meningkatkan resiko terkena kanker payudara hingga tiga kali lipat dibanding wanita yang tidak pernah melakukan aborsi.

Bagaimana Aborsi Menyebabkan Kanker Payudara

Hubungan antara aborsi dan kanker payudara terjadi dikarenakan sel-sel pada payudara ditangguhkan secara permanen dimana sel-sel pada payudara yang telah mulai memproduksi ASI menjadi tidak sempurna sehingga mudah untuk mengalami perubahan yang dapat berujung pada kanker payudara.

Apalagi jika aborsi yang dilakukan tidak bersih atau meninggalkan bekas pada rahim, maka resiko mulai dari terkena infeksi rahim hingga kanker rahim dan kanker payudara akan meningkat.

Aborsi bukan hanya menyebabkan peningkatan resiko terkena kanker payudara, tapi juga munculnya beberapa penyakit dan resiko lainnya, seperti kanker ovarium, rahim yang sobek, kanker hati,  pendarahan, hingga sulit hamil kembali.

Bahkan aborsi dapat menyebabkan kematian yang mendadak jika tubuh wanita tersebut tidak memiliki cukup kekuatan dan ketahanan untuk melakukan aborsi.

Selain penyakit, aborsi juga menyebabkan kesehatan mental dari pelaku menjadi terganggu karena dipenuhi dengan rasa malu dan bersalah.

Wanita yang melakukan aborsi biasanya akan mengalami depresi dan penyesalan sehingga akan berakibat juga pada kesehatan fisiknya. Gejala ini biasa  disebut sebagai Post-Abortion Syndrome atau sindrom pasca aborsi.

Sebuah survei menunjukkan bahwa seorang wanita yang pernah melakukan aborsi dapat mengalami trauma hingga berteriak dengan histeris, ingin bunuh diri, menggunakan obat terlarang, dan tidak lagi menikmati hubungan badan dengan pasangan.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa terdapat 56 juta aborsi terjadi setiap tahun di seluruh dunia, bahkan setengah diantaranya merupakan aborsi yang tidak aman atau non medis.

Baik negara kita maupun agama apapun, tidak ada yang mengijinkan tindakan aborsi yang disengaja karena dianggap sama dengan membunuh nyawa manusia.

Aborsi sebaiknya dilakukan jika memang tidak ada pilihan lain bagi wanita untuk tetap hidup selain menggugurkan kandungannya.

Hal ini pun hanya bisa diputuskan oleh dokter ahli kandungan yang berpengalaman. Keputusan melakukan aborsi haruslah diambil berdasarkan pertimbangan yang matang.

Namun perlu diingat, resiko kanker payudara bukan hanya menyambangi mereka yang melakukan aborsi, tapi juga para wanita yang mempunyai gaya hidup tidak sehat dan jarang berolahraga.

Ingatlah untuk selalu melakukan SADARI atau pemeriksaan payudara sendiri minimal sebulan sekali untuk memeriksa kesehatan payudara dan terhindar dari kanker payudara. Lakukan pula papsmear secara berkala untuk menghindari adanya bibit kanker di dalam rahim.

Dan para wanita yang pernah melakukan aborsi disarankan untuk melakukan deteksi dini kanker payudara sesering mungkin. Demikian informasi singkat mengenai aborsi penyebab kanker payudara melalui web sehatki.com, semoga bermanfaat bagi Anda semua.

Tags:

Leave a Reply