Remaja Indonesia termasuk golongan umur yang rentan dengan seks bebas dan kenakalan. Cerita seks remaja ternyata bukan isapan jempol, melainkan kenyataan yang betul-betul terjadi. Tengok saja bagaimana penyebaran video mesum yang sebagian besar pelakunya berasal dari kalangan siswa-siswi dan remaja muda Indonesia.
Salah satu penyebab seks bebas dikalangan remaja adalah karena sifat tertutup orang tua terhadap masalah seks membuat anak-anak mencari tahu sendiri dan bahkan mempraktekkannya langsung. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar remaja Indonesia sangat jarang curhat ke orang tua terutama jika itu menyangkut masalah seks.
Penelitian dilakukan oleh lembaga non pemerintah Synovate Research yang melakukan penelitiannya di empat kota berbeda yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan.
Survei tersebut diikuti oleh 450 orang responden dengan kisaran usia antara 15 sampai 24 tahun dan berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Tujuan penelitian adalah mempelajari aktifitas seks responden.
Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2004 dan hasilnya membuktikan bahwa hampir sebagian besar remaja Indonesia mendapatkan informasi mengenai seks dari temannya (65%) dan sebanyak 35% dari film porno, sisanya 5% mendapat informasi seks dari orang tua.
Pada umumnya para remaja muda ini memahami tentang bahaya Penyakit Menular Seksual (PMS) yakni 27% sehingga memilih menggunakan kondom saat berhubungan seks, sayangnya hanya 24% dari jumlah tersebut yang mengaku mewaspadai penularan HIV/AIDS.
Daftar Isi:
Rata-Rata Remaja Indonesia Mengenal Seks Sejak Berusia 16 Tahun
Salah satu fakta mencengangkan mengenai aktifitas seks para remaja Indonesia adalah rata-rata dari mereka telah melakukan hubungan seks sejak berusia 16 tahun. Dari empat kota yang disurvei, 44% dari mereka mengaku sudah tidak perawan karena pernah berhubungan intim. Dan yang paling parah, sebanyak 16% responden mengaku melakukannya ketika berusia antara 13 sampai 15 tahun.
Lebih lanjut dari survei tersebut, para remaja ini mengaku senang berhubungan seks di rumah, yaitu sebanyak 40%. Sisanya terbagi di kos sebanyak 26% dan hotel 26%. Meskipun mengaku sudah tidak perawan, hampir semua responden menyadari kelakuannya salah (68%) dan memahamai bahwa hubungan seks diluar nikah bertentangan dengan ajaran Agama (32%).
Sebanyak 24% responden mengaku melakukan hubungan seks tanpa direncanakan, sebanyak 37% pria mengaku telah memiliki rencana sebelum melakukannya dan 39% wanita mengaku terbujuk oleh ajakan pacarnya. Akhirnya setelah para remaja tersebut ditanyakan mengenai perasaan setelah berhubungan seks, 47% wanita mengaku sangat menyesal, takut hamil dan merasa berdosa.
Camita Wardhana, Project Director Synovate Research mengatakan mayoritas remaja yang disurvei mengetahui bahaya HIV/AIDS (93%), dan sebanyak 34% tahu penyakit sipilis. Ketika ditanya darimana mengetahuinya, sebanyak 82% mengaku tahu dari televisi, 20% dari browsing di internet, dan hanya 10% dari mereka yang tahu dari orang tua.
Sepertinya penelitian tentang pengalaman dan cerita seks remaja Indonesia sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap remaja dan mahasiswa yang hidup di kota Bandung. Dari penelitian sebelumnya, diketahui sebanyak 51,5% Mahasiswi Bandung Melakukan Hubungan Seks di Rumah Kost.
Remaja Indonesia Perlu Konseling Seks
Tanggapan terhadap survei yang dilakukan Synovate Research muncul dari banyak pihak, salah satunya adalah A. Tanjung, dia adalah salah seorang pimpinan di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Menurut Tanjung, masih ada beberapa faktor yang bias atas survei tersebut.
Salah satunya adalah kategori remaja yang aktif dan pasif secara seksual. “Contohnya, jika seorang remaja pernah melakukan hubungan seks dan tidak melakukannya lagi, maka apakah dia tergolong aktif atau pasif?” tanya Tanjung.
Tetapi pria ini sepakat bahwa remaja Indonesia butuh tempat yang nyaman untuk curhat seputar masalah seks. “Mereka mungkin tidak nyaman curhat masalah seks ke orang tua,” ujar Tanjung. Solusi yang paling baik menurutnya adalah menyediakan layanan konseling seks.
“Hal ini penting dan mendesak dilakukan karena para remaja perlu tahu organ seks dan reproduksi mereka, dan paham apa-apa saja yang bisa mengganggu. Dengan mengetahuinya mereka akan secara bijak menghindari hal-hal yang bisa membawa risiko bagi kesehatan seksual mereka di masa depan,” terang Tanjung.
Hubungan seks pra nikah apalagi dilakukan oleh remaja berusia 16 tahun adalah masalah yang perlu diatasi oleh setiap komponen masyarakat. Melakukan konseling dan pendekatan yang lebih bersahabat adalah salah satu cara menanggulangi masalah tersebut dan harus dilakukan dari komponen terkecil masyarakat yaitu keluarga.