Sunat atau khitan ternyata membawa manfaat yang besar bagi pria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sunat atau menghilangkan kulit bagian ujung penis ternyata bisa mencegah dan mengurangi risiko terinfeksi virus HIV. Dan kini para peneliti sudah tahu mengapa hal itu terjadi.
Sunat cegah HIV sudah menjadi pembicaraan di masyarakat sejak lama dan kadang dijadikan alat kampanye untuk melakukan khitan.
Menurut Carlos R. Estrada dan rekan-rekannya dari Pusat Kesehatan St. Lukes Rush-Presbyterian di Chicago, Illinois, sekitar 80% infeksi HIV biasanya muncul selama melakukan hubungan seks.
Dan tempat yang paling sering dilalui infeksi HIV ini pada pria biasanya melalui penis. Nah, kalau seorang pria disunat, maka bisa mengurangi risiko infeksi dua sampai delapan kali, katanya.
Dalam penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Asosiasi Urologi AS, para peneliti mengevaluasi 14 contoh jaringan kulit ujung penis dari anak-anak dan orang dewasa. Mereka juga memeriksa spesimen jaringan serviks wanita.
Untuk menentukan seberapa rentannya jaringan yang mungkin bisa terinfeksi HIV, mereka memperhitungkan tiga tipe sel sistem kekebalan yang dikenal bisa menyebabkan infeksi HIV dalam tiap spesimen. Ketiga sel itu adalah CD4+T, makrofages dan sel Langerhan.
Dibandingkan dengan jaringan serviks, jaringan kulit ujung penis ternyata mengandung jumlah tertinggi dari ketiga tipe sel yang menyebabkan infeksi itu. Dan ketiga sel penyebab infeksi ini justru paling banyak terdapat pada pria dewasa. Selanjutnya, ketika peneliti mencoba menginfeksi sampel dengan HIV, mereka menemukan bahwa bagian permukaan dalam kulit ujung penis itu tujuh kali lebih rentan terhadap infeksi dibandingkan pada jaringan serviks dan bagian luar dari ujung penis tersebut.
“Selama melakukan hubungan seks, lapisan dalam di daerah tersebut menjadi trauma dan terinfeksi. Sedangkan bagian luar dari kulit ujung penis tersebut tidak bisa terinfeksi,” kata Estrada. Estrada menambahkan, pasien dewasa yang pernah menderita infeksi — entah terinfeksi penyakit karena penularan seksual atau infeksi tipe lainnya — juga memiliki proporsi yang tinggi terhadap sel-sel penyebab infeksi ini, dan mungkin lebih meningkatkan risiko terkena infeksi HIV.
Estrada dan rekan-rekannya juga mengukur jumlah reseptor HIV tertentu pada permukaan sel-sel. Hal ini mengikat vius dan membantunya untuk meningkatkan masuk ke dalam sel. Satu tipe yang paling menonjol disebut CCR5. Para peneliti mengatakan bahwa agen yang mampu menghambat tempat pengikatan HIV yang bisa diterapkan ke penis atau vagina harus dikembangkan.
Mengingat sunat bisa melindungi diri terhadap pengaruh HIV, Estrada berharap bahwa negara-negara seperti di Afrika yang banyak terjangkiti HIV bisa menggalakkan sunat ini. Penemuan ini diharapkan bisa membantu mengembangkan terapi baru yang bisa mencegah penyebaran virus penyebab AIDS.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga merilis hal yang sama. Dari situs resminya, WHO menyebut bahwa kemampuan sunat cegah HIV berpindah ke tubuh orang lain mencapai 60%. Angka tersebut diperoleh setelah melalui tiga uji coba yang dilakukan secara acak. WHO/UNAIDS merekomendasikan bahwa sunat atau khitan harus dianggap sebagai salah satu cara mencegah penularan HIV terutama di negara-negara dengan epidemi heteroseksual, HIV tinggi dan tingkat prevelansi sunat yang rendah.
Meski bukti bahwa sunat cegah HIV sudah banyak, badan kesehatan dunia WHO masih beranggapan bahwa sunat hanyalah perlindungan parsial. Dibutuhkan pencegahan yang komprehensif yang meliputi tes HIV, konseling, pengobatan, edukasi mengenai pentingnya seks yang aman, dan penyediaan kondom.