Siklus menstruasi sering menimbulkan berbagai gejala gangguan menstruasi yang tidak menyenangkan, terutama saat-saat menjelang tamu bulanan tersebut datang.
Contohnya adalah gangguan menstruasi ringan seperti premenstrual syndrome (PMS) yang kadang menimbulkan beberapa gejala seperti kram ringan dan kelelahan, namun gejala tersebut biasanya hilang saat menstruasi dimulai.
Selain premenstrual syndrome terdapat beberapa gangguan menstruasi lain yang lebih serius. Misalnya, darah menstruasi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bahkan berhenti haid sama sekali.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kondisi medis lain di dalam tubuh yang menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak normal.
Anda wajib mencari tahu kondisi penyebab tersebut jika Anda mengalami perubahan yang signifikan pada siklus haid Anda.
Daftar Isi:
Apa itu Menstruasi
Menstruasi merupakan pendarahan uterus secara berkala dan siklik, yang diikuti pelepasan sel telur (endometrium). Siklus menstruasi yang normal merupakan hasil korelasi yang kompleks antara kelenjar pituitari, hipotalamus, endometrium dan ovarium.
Jika terjadi gangguan pada salah satu korelasi tersebut akan menyebabkan gangguan pada siklus menstruasi. Saat ini diketahui ada banyak jenis gangguan menstruasi yang dialami oleh sebagian besar wanita.
Tetapi, dilansir dari Tempo.co, dr. Muhammad Dwi Priangga mengatakan bahwa hanya ada tiga jenis gangguan yang paling banyak dialami wanita saat menstruasi. Ketiga macam gangguan menstruasi tersebut, adalah dismenorea, polimenora, dan menoragia.
Di artikel sehatki.com kali ini kita akan membahas 9 jenis gangguan menstruasi yang digolongkan berdasarkan jenis gangguannya, yakni gangguan pada siklus menstruasi, gangguan volume dan lama menstruasi, serta gangguan-gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi.
Gangguan pada Siklus Menstruasi
Secara keseluruhan, siklus menstruasi terdiri atas beberapa fase yang berlangsung selama 21 sampai 35 hari. Namun rata-rata wanita memiliki panjang siklus selama 28 hari.
Jika siklus haid kurang dari 21 hari disebut terlalu singkat dan lebih dari 35 hari disebut terlalu lama atau terlambat haid. Keduanya digolongkan sebagai gangguan menstruasi.
Panjang pendeknya siklus menstruasi bergantung pada keadaan hormon tiap wanita yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Siklus menstruasi yang tidak normal dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya kehamilan, obesitas, terlalu kurus, gaya hidup, sakit, stres, mengonsumsi pil KB hingga menopause.
Kelainan pada siklus menstruasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- Polimenorea
Siklus menstruasi menjadi lebih pendek, yakni kurang dari 21 hari. Gejala gangguan menstruasi polimenorea adalah darah yang keluar jumlahnya kira-kira sama atau lebih banyak dibandingkan dengan siklus menstruasi normal.
Polimenorea disebabkan gangguan hormonal, peradangan ovarium, dan lain sebagainya. Untuk penanganan dibutuhkan pemeriksaan laboratorium dan terapi hormonal.
- Oligomenorea
Siklus menstruasi menjadi lebih panjang, yakni lebih dari 35 hari dengan jumlah darah yang lebih sedikit dibandingkan menstruasi normal.
Oligomenore umumnya disebabkan oleh gangguan psikologis, hormonal, maupun penyakit tertentu. Meski demikian, tingkat kesuburan penderita dalam kondisi cukup baik.
- Amenorea
Keadaan dimana menstruasi tidak terjadi selama 3 bulan berturut-turut. Amenorea dibedakan menjadi dua, yaitu amenorea primer dan sekunder.
Amenorea primer merupakan kondisi dimana wanita telah berusia 18 tahun atau lebih namun belum pernah menstruasi.
Amenorea sekunder merupakan kondisi pada wanita yang pernah menstruasi namun tidak mendapatkan menstruasi selama lebih dari 3 bulan.
Penyebab terjadinya amenorea primer biasanya terkait dengan kelainan genetik seseorang, sedangkan pada amenorea sekunder disebabkan oleh kurangnya gizi, infeksi, tumor, dan gangguan metabolisme tubuh.
Gangguan pada Volume dan Lama Menstruasi
Jumlah darah yang keluar pada menstruasi normal kira-kira sebanyak 20 sampai 60 ml. Berdasarkan volume dan lamanya menstruasi, gangguan menstruasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
- Hipermenorea
Gangguan menstruasi ini kadang juga disebut menoragia, dengan gejala volume darah yang dikeluarkan lebih banyak dari normal, yakni sekitar 80 ml. Penderita kadang juga mengalami periode menstruasi lebih dari 8 hari.
Menorrhagia sebagian besar disebabkan oleh terjadinya ketidakseimbangan kadar hormon dalam tubuh, terutama hormon progesteron dan estrogen.
Penyebab lain terjadinya perdarahan menstruasi yang sangat banyak yaitu:
- Memasuki masa pubertas
- Infeksi vagina
- Pembengkakan serviks
- Kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme)
- Tumor rahim non-kanker (fibroid)
- Perubahan diet atau olah raga
Beberapa wanita juga mengalami darah haid yang menggumpal, hubungi dokter jika darah haid yang keluar menggumpal terus menerus, apalagi jika disertai keluhan lain seperti timbul rasa nyeri.
- Hipomenorea
Jumlah darah yang dikeluarkan lebih sedikit atau menstruasi terjadi lebih singkat yakni kurang dari 2 hari.
Hipomenorea disebabkan oleh gangguan endokrin, psikologis penderita, maupun kondisi uterus yang bermasalah. Meski demikian, gangguan menstruasi jenis ini tidak berimbas pada kesuburan seseorang.
Gangguan Menstruasi Lainnya
Selain gangguan pada siklus dan volume darah yang keluar saat menstruasi, terdapat beberapa jenis gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, yakni:
- Dismenorea
Dismenorea adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan periode menstruasi yang menyakitkan. Haid yang sangat menyakitkan ini kemungkinan terkait dengan masalah medis yang mendasarinya, seperti:
- Fibroid
- Penyakit radang panggul
- Pertumbuhan jaringan abnormal di luar rahim (endometriosis)
Penyakit nyeri haid Dismenorea terdiri atas dua yaitu:
- Dismenorea Primer, yaitu haid normal yang menyakitkan akibat adanya kontraksi miometrium. Diperkirakan otot-otot rahim memeras dan berkontraksi lebih keras dari biasanya untuk menghilangkan lapisan yang menebal (endometrium). Kontraksi ini juga bisa mengurangi aliran darah ke rahim, membuat rasa sakit semakin parah. Gangguan nyeri haid ini terjadi tanpa adanya indikasi penyakit.
- Dismenorea Sekunder, yaitu gangguan nyeri haid yang disebabkan masalah reproduksi tertentu, seperti endometriosis atau fibroid.
Hal terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah gangguan nyeri haid adalah dengan menjalani gaya hidup sehat, berolahraga setiap hari, banyak tidur, istirahat dan jika memungkinkan usahakan terhindar dari stres.
Obat penghilang rasa sakit seperti ibuprofen (misalnya Advil atau Nurofen), mungkin dapat membantu mengatasi rasa nyeri saat menstruasi. Hubungi dokter jika Anda tidak dapat menahan rasa sakit tersebut atau telah mengganggu aktivitas Anda sehari-hari.
- Pre Menstrual Syndrome/ Tension (PMS)
Gejala yang timbul pada wanita dengan sindrom ini adalah emosi yang tidak stabil, mudah marah, susah tidur, perut kembung dan mual, payudara mengeras dan terasa nyeri.
Sindrom ini berlangsung beberapa hari sebelum menstruasi dan menghilang saat menstruasi datang. Penyebabnya adalah hormon estrogen dan progesteron yang tidak seimbang.
Untuk menangani gangguan Pre Menstrual Syndrome (PMS) ini, penderita harus melakukan diet garam dan natrium selama 7-10 hari sebelum menstruasi.
Selanjutnya, pemberian progesteron sintetik juga dianjurkan dalam dosis kecil untuk mengimbangi kelebihan hormon estrogen. Agar hasilnya maksimal, lengkapi pengobatan dengan terapi psikologis.
- Mastodinia (Mastalgia)
Mastalgia adalah nyeri payudara dan umumnya tergolong siklus siklik (berhubungan dengan periode menstruasi) atau Non siklik. Penyebabnya adalah meningkatnya hormon estrogen dalam tubuh sehingga terjadi penyimpanan air dan garam di daerah dada.
Mastalgia nyeri non siklik mungkin berasal dari payudara atau mungkin berasal dari tempat lain, seperti otot atau sendi terdekat, dan mungkin terasa di payudara.
Rasa sakit bisa berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai rasa sakit yang sangat kuat dalam beberapa kasus. Banyak wanita dengan mastalgia lebih mengkhawatirkan adanya risiko kanker payudara dibanding rasa sakit itu sendiri.
- Mittelschmerz
Mittelschmerz adalah sakit perut bagian bawah pada satu sisi yang berhubungan dengan ovulasi. Gangguan menstruasi mittelschmerz terjadi di tengah-tengah siklus haid, yakni sekitar 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Dalam kebanyakan kasus, mittelschmerz tidak memerlukan bantuan medis. Untuk menghilangkan rasa ketidaknyaman akibat mittelschmerz, Anda bisa meminum obat penghilang rasa sakit.
Tapi jika rasa sakit mittelschmerz sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, kunjungi dokter untuk konsultasi. Dokter mungkin akan meresepkan alat kontrasepsi oral untuk menghentikan ovulasi dan mencegah nyeri pada pertengahan persalinan.
Bagaimana Mendiagnosa Gangguan Menstruasi
Langkah pertama dalam mendiagnosis masalah haid adalah dengan menemui dokter. Dokter akan mencari tahu gejala yang Anda alami dan berapa lama Anda telah mengalaminya.
Jadi akan sangat baik jika Anda telah siap dengan catatan harian yang berisi semua yang Anda rasakan ketika gangguan haid tersebut datang. Dokter dapat menggunakan catatan ini untuk membantu mengetahui kondisi tidak normal yang mungkin Anda alami.
Selain pemeriksaan fisik, dokter kemungkinan akan melakukan pemeriksaan panggul. Pemeriksaan panggul memungkinkan dokter menilai organ reproduksi Anda dan untuk menentukan apakah vagina atau leher rahim Anda meradang.
Tes Pap smear juga akan dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kanker atau kondisi mendasar lainnya. Tes darah dilakukan untuk mengetahui kemungkinan masalah hormon yang menjadi penyebab gangguan menstruasi Anda.
Tes lain yang mungkin digunakan dokter untuk membantu mendiagnosa sumber masalah menstruasi Anda meliputi:
- Biopsi endometrium (digunakan untuk mengekstrak contoh lapisan rahim Anda yang akan dikirimkan ke bagian analisis)
- Histeroskopi (sebuah kamera kecil dimasukkan ke dalam rahim untuk membantu dokter menemukan adanya kelainan)
- USG (digunakan untuk melihat gambar rahim)
Dan bahkan jika dokter menduga Anda hamil maka akan dilakukan tes kehamilan, baik itu melalui darah ataupun tes urin.
Bagaimana Mengobati Masalah Menstruasi
Setelah diagnosa berhasil ditegakkan dan dokter telah mengetahui kondisi apa yang penderita alami, maka selanjutnya dokter akan melakukan langkah pengobatan.
Jenis pengobatan akan tergantung pada apa yang menyebabkan gangguan menstruasi tersebut. Contohnya, pil KB dapat meringankan gejala PMS, sekaligus mengatur volume menstruasi yang mengalir deras.
Masalah darah haid yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, jika penyebabnya berkaitan dengan tiroid atau gangguan hormonal lainnya, maka kondisi haid penderita mungkin akan normal kembali setelah melalui terapi penggantian hormon.
Dismenore mungkin berhubungan dengan hormon, namun penderita mungkin membutuhkan perawatan medis yang lebih lanjut untuk mengatasinya. Misalnya, dengan minum obat antibiotik untuk mengobati penyakit radang panggul.
Menstruasi tidak lancar juga adalah salah satu gangguan haid yang umum dialami kaum wanita. Menjalani gaya hidup sehat dan patuh pada nasehat medis dokter akan membantu melancarkan haid dan mengurangi gejala tidak nyaman saat gangguan haid datang.
Demikianlah beberapa jenis gangguan menstruasi wanita yang wajib untuk diketahui agar dapat ditangani secepatnya. Mengingat konsekuensinya bisa berdampak pada kesehatan, Anda perlu segera mendiskusikannya dengan dokter.