Bagaimana Hipertensi Menyebabkan Disfungsi Ereksi

Hipertensi adalah salah satu masalah kesehatan yang berkaitan dengan aliran darah dalam tubuh. Banyak penelitian menyebut penyakit hipertensi dapat menyebabkan disfungsi ereksi pada pria.

Kondisi kesehatan seorang pria secara keseluruhan dapat dinilai dengan berbagai aspek, salah satunya adalah disfungsi ereksi.

Hal tersebut dikarenakan seorang pria yang menderita disfungsi ereksi, cenderung juga mengidap penyakit atau gangguan kesehatan lainnya, seperti sakit kencing manis atau diabetes, maupun hipertensi atau darah tinggi.

Penyakit jantung iskemik maupun penyakit pembuluh darah perifer juga merupakan contoh lain dari penyakit tambahan yang dapat diderita oleh pria dengan disfungsi ereksi.

Disfungsi ereksi atau yang sering disebut impotensi adalah salah satu gangguan seksual yang umum dialami kaum pria.

Meskipun kebanyakan penderita disfungsi ereksi adalah pria lanjut usia (40 tahun ke atas), tetapi tidak sedikit pria remaja dan masih muda mengalami gangguan ini.

Intinya, disfungsi ereksi adalah gangguan terhadap fungsi ereksi dimana penis tidak dapat berereksi dengan keras pada hampir semua kesempatan berhubungan intim.

Selain itu, terkait dengan usia, disfungsi ereksi tidak berhubungan dengan proses penuaan walaupun berdasarkan studi epidemiologis angka kejadian disfungsi ereksi meningkat sejalan dengan pertambahan usia.

Hubungan Hipertensi dengan Disfungsi Ereksi

Hipertensi menyebabkan disfungsi ereksi

Hipertensi menyebabkan disfungsi ereksi

Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan utama, tidak hanya di Indonesia namun juga di seluruh dunia.

Kejadian hipertensi merupakan sebuah faktor vaskulogenik alias berkaitan dengan pembuluh darah di tubuh kita.

Menurut literatur ilmiah, penyebab fisik seorang pria dapat menderita disfungsi ereksi, dikelompokkan menjadi faktor hormonal, faktor vaskulogenik, faktor neurogenik dan faktor iatrogenik.

Penderita hipertensi yang juga mengalami penyakit pembuluh darah halus (arteriolosklerosis) rentan mengalami disfungsi ereksi melalui faktor vaskulogenik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa terjadinya disfungsi ereksi dapat diawali dengan penyakit hipertensi.

Bagaimana sebenarnya hipertensi menyebabkan disfungsi ereksi ? Di artikel sehatki.com kali ini kita akan membahasnya secara mendetail.

Tapi sebelum penjelasan terkait bagaimana hipertensi menyebabkan disfungsi ereksi, Anda sebaiknya mengetahui lebih dahulu proses terjadinya ereksi.

Ereksi dapat terjadi setelah adanya interaksi yang kompleks dari faktor psikologik, neuroendokrin dan mekanisme vaskular yang bekerja pada jaringan ereksi penis.

Kondisi psikologis ini meliputi persepsi seksual yang terbentuk di otak. Kemudian, neuroendokrin terkait dengan persarafan dan hormonal tubuh.

Penis dipersarafi oleh sistem persarafan otonom yang tidak dapat kita kontrol (parasimpatik dan simpatik) serta persarafan somatik yang dapat kita atur (sensoris dan motoris).

Hormonal yang terlibat dalam proses terjadinya ereksi meliputi hormon testosteron, adrenalin dan juga zat perantara hormon dan saraf yang dikenal dengan istilah neurotransmitter.

Terakhir, mengenai pembuluh darah, penis mendapat sumber perdarahan utama dari Arteri pudenda interna yang kemudian membentuk cabang-cabang untuk memperdarahi seluruh bagian penis.

Ketiga faktor ini kelak akan lebih sering disinggung dalam penjelasan bagaimana hipertensi menyebabkan disfungsi ereksi.

Menurut kriteria JNC 7, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika pengukuran tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg.

Hipertensi bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan, namun penyakit ini dapat dikontrol dengan berbagai cara supaya tekanan darah senantiasa terkendali dengan baik.

Nah, jika penderita hipertensi tidak rutin mengontrol tekanan darahnya, ada berbagai dampak yang dapat ditimbulkan.

Tekanan darah tinggi yang senantiasa tidak terkontrol dapat memicu timbulnya berbagai penyakit lainnya, seperti disfungsi ereksi, penyakit jantung koroner, dan stroke.

Hipertensi merupakan sebuah penyebab mayor terjadinya disfungsi ereksi. Hal tersebut sesuai dengan berbagai hasil penelitian.

Misalnya, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American Geriatrics Society menunjukkan bahwa 49% pria berusia 40-79 tahun menderita hipertensi dan disfungsi ereksis secara sekaligus.

Selain itu, European Society Cardiology juga menyatakan bahwa frekuensi terjadinya disfungsi ereksi pada pria meningkat dua kali lipat pada mereka yang juga menderita tekanan darah yang tinggi alias hipertensi, daripada mereka yang memiliki tekanan darah normal.

Kondisi hipertensi akan menyebabkan gangguan aliran darah ke seluruh jaringan tubuh, termasuk ke penis. Hal tersebut dikarenakan pada kondisi hipertensi diameter pembuluh darah arteri di seluruh jaringan akan mengecil.

Sementara, berbagai cabang pembuluh darah di penis harus berdilatasi alias melebar supaya banyak suplai darah ke penis agar mampu melakukan ereksi.

Tanpa adanya suplai darah yang banyak sesuai dengan kebutuhan, kontraksi penis pun tidak terjadi maksimal sehingga ereksi pun terganggu.

Pembahasan penyempitan pembuluh darah arteri dan juga disfungsi ereksi secara lebih lanjut juga berkaitan dengan neurotransmitter yang telah disebutkan sebelumnya.

Pembuluh darah dapat menyempit karena otot polos pada dindingnya mengalami konstraksi. Penjelesan mudahnya untuk mengerti tentang konstriksi adalah serabut otot-otot tersebut memendek.

Jika hal itu terjadi, lubang pembuluh darah yang bentuknya seperti gorong-gorong, akan mengecil. Supaya tidak terjadi konstriksi arteri di penis, Nitric Oxide (NO) merupakan neurotransmitter yang sangat dibutuhkan.

Tak hanya NO, melainkan ada berbagai neurotransmitter yang dibutuhkan penis supaya dapat tegang atau kontraksi. Berbagai neurotransmitter tersebut antara lain prostaglandin, angiotensin, dan bradikinin.

Sayangnya, pada tubuh penderita hipertensi, terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan kadar pelepasan semua neurotransmitter tersebut. Oleh karena itu, hipertensi secara langsung dapat menyebabkan disfungsi ereksi.

Aliran Darah Lancar

Untuk bisa ereksi dengan keras, penis membutuhkan aliran darah masuk dan keluar yang lancar.

Apa-apa saja yang membuat darah terhambat menuju penis akan menyebabkan penis sulit ereksi dengan keras. Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu jenis penyakit yang menyebabkan pembuluh darah jadi rusak.

Kerusakan pada pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah terhambat atau tidak lancar. Dampaknya akan terjadi ke seluruh organ tubuh termasuk ke organ vital pria. Padahal penis hanya bisa menjadi keras dan kaku apabila terisi penuh dengan darah.

Baca Juga:

Hipertensi dan Hormon Testosteron

Selain itu, pria dengan hipertensi cenderung memiliki kadar hormon testosteron yang rendah. Testosteron adalah hormon yang sangat berperan penting pada tubuh pria, termasuk dalam hal gairah seksual.

Jika testosteron pada pria rendah, gairah seksual sulit tercapai hingga maksimal. Hal tersebut pun dapat memicu proses terjadinya disfungsi ereksi.

Hipertensi saja dapat menjadi risiko munculnya berbagai gangguan ereksi di kemudian hari. Apalagi jika  hipertensi dengan tekanan darah yang senantiasa tinggi telah sebabkan disfungsi ereksi.

Pastinya dua kondisi tersebut menyebabkan penurunan kualitas hidup. Maka, jika Anda adalah seorang penderita hipertensi, sebaiknya Anda senantiasa mengontrol tekanan darah Anda.

Kendalikan Tekanan Darah Anda

Jika tak ingin banyak bergantung dengan obat-obatan medis seumur hidup, cara mudah mengontrol tekanan darah adalah dengan menyeimbangkan jumlah makanan Anda dan aktivitas fisik yang dilakukan.

Membatasi konsumsi garam, alkohol, makanan berlemak, dan juga rokok. Selain itu, penting juga menjauhi “piktor” atau pikiran kotor. Piktor maupun kondisi stress dapat merangsang aktivasi saraf simpatis yang dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.

Disfungsi ereksi adalah masalah seksual yang jika tidak disembuhkan akan merambat menjadi masalah rumah tangga.

Seorang istri harus turut serta melibatkan diri menjadi bagian dari solusi dan tidak justru melakukan hal-hal yang akan membuat harga diri suami menjadi jatuh.

Untuk mengobati disfungsi ereksi akibat penyakit hipertensi, penderita wajib melakukan kontrol terhadap tekanan darahnya.

Berikut ini beberapa tips bagaimana mengendalikan tekanan darah:

  • Menjalani gaya hidup yang sehat dan menghindari faktor-faktor pencetus tekanan darah meningkat atau tidak stabil.
  • Hidup tenang dan jauh dari stres akan membuat aliran darah mengalir lancar dan membuat ereksi penis menjadi keras.
  • Secara teratur mengkonsumsi obat-obatan hipertensi yang diberikan dokter.
  • Selain obat, beberapa tanaman dan aroma terapi memiliki manfaat sebagai penenang dan dapat meredakan stres. Bahkan tanaman tradisional tertentu seperti Ginkgo Biloba dapat melancarkan aliran darah dalam tubuh.
  • Rajin olah raga, setidaknya dua atau tiga kali seminggu untuk mengontrol berat badan dan melatih kekuatan jantung.

Waspadai Obat Hipertensi

Perlu juga diperhatikan bahwa terkadang disfungsi ereksi yang diderita adalah akibat langsung dari pengobatan hipertensi yang dilakukan.

Pada saat menerima stimulasi seksual, jantung akan memompa banyak darah ke penis, jenis obat hipertensi tertentu bekerja dengan cara menstabilkan aliran darah sehingga darah yang mengalir tetap rendah, akibatnya penis akan sulit ereksi karena aliran darah tidak lancar.

Jika anda tiba-tiba mengalami gangguan ereksi segera setelah anda mengkonsumsi obat hipertensi dari dokter, segeralah hubungi dokter anda untuk berkonsultasi, kemungkinan besar dokter akan menggangi jenis obat anda.

Jika Anda lebih dahulu menderita disfungsi ereksi, maka paling utama Anda lebih dahulu menjauhi pikiran bahwa disfungsi ereksi adalah hal yang tabu.

Segerakan diskusi dengan dokter mengenai gangguan hubungan seksual yang Anda alami. Hal tersebut bukan sekedar bertujuan mendapat terapi spesfik, tetapi juga mencari tau penyebab yang mendasari Anda mengalami disfungsi ereksi.

Terlebih jika disfungsi ereksi tersebut ternyata berkaitan dengan hipertensi karena tekanan darah  yang tinggi seringkali tidak diketahui seiring tidak adanya simtom atau keluhan spesifik.

Dalam dunia medis, bahkan hipertensi termasuk ke dalam penyakit “silent killer” yang mana dapat berakibat fatal meski tidak diketahui telah terjadi.

Sekali lagi, disfungsi ereksi dapat menurukan kualitas hidup. Tak hanya menggangu kehidupan Anda, tetapi juga kehidupan pasangan Anda karena disfungsi ereksi juga menimbulkan ketidakpuasan pasangan Anda.

Kalau memang Anda juga menderita hipertensi dan disfungsi ereksi, Anda juga harus mengontrol tekanan darah Anda selain mendapat pengobatan spesifik untuk disfungsi ereksi. Semoga artikel ini bermanfaat.

Leave a Reply