Bagaimana Mendiagnosa Disfungsi Ereksi

Diagnosis disfungsi ereksi dilakukan pada pria yang mengalami ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang keras untuk menyelesaikan aktivitas seksual yang dilakukan selama paling sedikit 3 bulan berturut-turut.

Banyak hal yang mempengaruhi dan bisa menyebabkan penis gagal ereksi, karena itu dokter kemungkinan akan melakukan beberapa tes yang berbeda untuk mendiagnosa kondisi dan menentukan penyebabnya. Dengan mengetahui penyebabnya, pengobatan terhadap disfungsi ereksi bisa segera dilakukan.

Pemeriksaan fisik dan psikis melalui sesi wawancara adalah hal pertama yang dilakukan ketika mengunjungi dokter. Sesi ini sangat penting untuk mencari informasi awal menyangkut gangguan ereksi yang diderita.

Jika dokter mencurigai penyebab disfungsi ereksi adalah faktor psikologis maka dia akan merekomendasikan penderita mengunjungi seorang psikiater atau terapis seks, tetapi jika dokter mencurigai penyebabnya adalah penyakit kronis maka kemungkinan besar dokter akan meminta pasien melakukan tes lebih lanjut.

Dalam banyak kasus, seorang pria yang mengunjungi dokter karena masalah disfungsi ereksi akhirnya mengetahui bahwa dirinya mengidap kondisi medis tertentu seperti diabetes atau penyakit jantung setelah melakukan beberapa tes laboratorium.

Oleh karena itu, tentu dokter perlu mengajukan pertanyaan sekaligus melakukan berbagai pemeriksaan pada Anda yang dicurigai menderita disfungsi ereksi.

Nah, Anda pun bisa perlu juga mengetahui bagaimana cara mendiagnosis disfungsi ereksi. Hal ini bertujuan supaya ketika Anda menemukan gejala yang berkaitan dengan disfungsi ereksi, Anda segera berobat ke dokter supaya mendapatkan terapi yang sesuai serta mengatasi penyebabnya.

Melalui artikel sehatki.com, kali ini kita akan mengulas mengenai bagaimana cara mendiagnosa disfungsi ereksi.

Tujuan Diagnosa Untuk Mencari Tahu Penyebab Disfungsi Ereksi

Langkah pertama untuk mendiagnosis disfungsi ereksi adalah mencari lebih tau penyebabnya lebih dahulu.

Untuk mengetahui penyebab impotensi, dokter yang memeriksa akan mencari tahu riwayat medis pasien sekaligus riwayat seksualnya. Komunikasi yang jujur antara dokter dan pasien sangat dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa yang tepat.

Berikut ini beberapa faktor penyebab disfungsi ereksi yang kemungkinan dialami penderita:

1. Faktor vaskulogenik

2. Faktor neurogenik

  • Stroke
  • Penyakit degeneratif (Misalbya sklerosis multipel, penyakit Parkinson)
  • Trauma atau penyakit pada medula spinalis
  • Gagal ginjal kronis
  • Poli-neuropati

3. Faktor hormonal

  • Hipo-gonadisme
  • Hiper-prolaktinemia
  • Gangguan hormon tiroid
  • Gangguan hormon kortison

4. Faktor psikogenik

  • Tipe general (Tidak mampu membangkitkan hasrat seksual secara menyeluruh)
  • Tipe situasional (Tidak bergairah dengan pasangan, performa seksual melemah akibat stress)

5. Kelainan anatomis atau struktur

  • Hipospadi atau epispadi
  • Penis berukuran kecil

6. Pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi sebelumnya

  • Obat Anti-hipertensi (Terutama obat golongan Diuretik)
  • Anti-depresan (Golongan SSRI dan trisiklik)
  • Recreational drugs (Alkohol, heroin, kokain, marijuana, dan methadone)

7. Trauma

  • Cedera atau fraktur pada penis

Dokter akan memeriksa apakah salah satu dari faktor di atas menjadi penyebab disfungsi ereksi penderita. Metode pemeriksaan biasanya melalui sesi wawancara dan tes laboratorium.

Dalam mendiagnosa disfungsi ereksi, dokter akan menggali riwayat penyakit terdahulu pasien sekaligus mencari tahu riwayat sosial pasien.

Selain itu dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik yang mungkin terkait dengan disfungsi ereksi yang diderita. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan diagnosa sekaligus mengetahui tingkat keparahan impotensi, apakah ringan, sedang atau berat.

Pemeriksaan fisik kemudian dilakukan untuk mencari hal-hal yang umumnya berkaitan dengan disfungsi ereksi, misalnya :

  • Testis kecil,
  • Ginekomasti (pembesaran payudara), dan
  • Berkurangnya pertumbuhan rambut pada tubuh dan janggut

Pemeriksaan anus dengan jari (digital rectal examination), juga perlu dilakukan untuk menilai :

  1. Tonus atau kontraksi sfingter ani atau lubang anus, dan
  2. Kontraksi muskulus bulbokavernosus pada perineum setelah penekanan glands penis (bulbo cavernosus reflex) untuk menilai keutuhan dari fungsi persarafan daerah penis dan sekitarnya.

Selain memeriksan kondisi fisik pasien, dokter juga perlu melakukan tes berupa wawancara menggunakan indeks yang disebut International Index of Erectile Function -5 (IIEF-5).

Baca juga: Daftar Pertanyaan Untuk Mengidentifikasi Penyebab Impotensi

Diagnosa Disfungsi Ereksi dengan Wawancara dan Kuis IIEF

Cara mendiagnosa disfungsi ereksi

Cara mendiagnosa disfungsi ereksi

Dokter akan mencari tahu riwayat medis dan sejarah seksual penderita secara lengkap. Termasuk dalam tes ini adalah memberikan kuis indeks IIEF kepada penderita untuk mengetahui tingkat disfungsi ereksi yang terjadi.

Selanjutnya, dokter kemungkinan besar akan melakukan pemeriksaan dan berbagai macam tes laboratorium secara menyeluruh untuk menentukan penyebab gangguan.

Karena itu, komunikasi jujur ​​antara pasien dan dokter sangat penting dalam diagnosis disfungsi ereksi, tujuannya untuk menilai tingkat keparahan, dan menentukan penyebabnya, apakah faktor fisik atau psikis.

Selama wawancara dengan pasien, dokter kemungkinan menanyakan hal-hal yang bersifat privat dan terasa mengganggu tapi anda harus menjawabnya dengan jujur untuk membantu proses diagnosa.

Berikut ini pertanyaan-pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh dokter dalam sesi wawancara dengan pasien disfungsi ereksi:

  1. Obat apa yang saat ini sedang anda gunakan? termasuk jenis herbal, obat resep, obat tradisional atau bahkan obat terlarang yang mungkin pernah anda konsumsi.
  2. Pernahkah Anda mengalami masalah psikologis seperti stres, kecemasan, atau depresi?
  3. Kapan anda pertama kali merasakan gejala gangguan ereksi yang anda derita?
  4. Bagaimana frekuensi, kualitas, dan durasi ereksi anda?
  5. Apakah ada keadaan khusus yang terjadi ketika gangguan ereksi pertama kali terjadi?
  6. Apakah anda masih mengalami ereksi di pagi hari?
  7. Apakah anda teknik seksual yang sering anda lakukan saat berhubungan?
  8. Apakah anda sedang memiliki masalah dengan pasangan saat ini?

Pada kebanyakan situasi, dokter juga akan mewawancarai istri anda yang mungkin akan sedikit membuka apa-apa saja yang memicu dan menyebabkan anda mengalami masalah ereksi.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai apakah gangguan ini disebabkan oleh kondisi medis tertentu.

Tes Laboratorium Untuk Diagnosa Penyebab Fisik Disfungsi Ereksi

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui penyebab fisik disfungsi ereksi. Sebagai contoh, jika penis tidak merespon stimulasi yang ada maka kemungkinan penyebabnya ada pada sistem syaraf.

Testis kecil, kurangnya rambut pada wajah, dan payudara yang membesar menunjukkan adanya masalah pada hormon.

Penyebab lain seperti aliran darah yang tidak lancar atau adanya kerusakan pada pembuluh darah juga dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik di laboratorium.

Berikut ini beberapa tes laboratorium yang sering dilakukan dokter untuk mendiagnosa penyebab disfungsi ereksi:

  • Pemeriksaan darah lengkap atau Complete Blood Count (CBC). Dari hasil pemeriksaan akan diketahui kondisi medis yang mungkin saja terjadi seperti anemia, yaitu kondisi yang disebabkan oleh rendahnya jumlah sel darah merah yang dapat menyebabkan kelelahan, yang pada gilirannya dapat menimbulkan disfungsi ereksi.
  • Tes fungsi hati dan ginjal. Tes-tes ini akan menunjukkan apakah ada masalah dengan ginjal atau hati yang menyebabkan disfungsi ereksi.
  • Tes lemak. Tes ini untuk mengukur kadar lipid (lemak) seperti kolesterol dalam darah Anda. Tingginya kadar lipid tertentu adalah petunjuk terjadinya aterosklerosis, yaitu suatu kondisi di mana pembuluh darah  mengeras, yang dapat mempengaruhi sirkulasi darah di penis.
  • Tes fungsi tiroid. Masalah tiroid dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap disfungsi ereksi.
  • Tes hormon. Tujuannya untuk mengukur kadar hormon testosteron dan atau tingkat prolaktin untuk mencari tahu kemungkinan adanya gangguan pada hormon ini.
  • Urinalisis. Analisis urin dapat memberikan informasi tentang protein dan gula dalam urin. Dari analisis terhadap urin dapat diketahui adanya zat tertentu yang berhubungan dengan penyakit diabetes atau penyakit ginjal, yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi.

Tes Diagnostik Khusus Disfungsi Ereksi

Tes diagnostik impotensi

Tes diagnostik impotensi

Selain melakukan tes laboratorium umum, dokter juga kemungkinan akan meminta anda melakukan tes diagnostik yang khusus, yaitu:

  1. Duplex ultrasound. Tes ini menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk membuat gambar dari jaringan tubuh. Dokter dapat menggunakan ultrasound untuk mengevaluasi aliran darah dan memeriksa tanda-tanda kebocoran vena, aterosklerosis, atau jaringan parut. Tes ini dilakukan saat penis ereksi (biasanya disebabkan oleh suntikan obat yang merangsang ereksi) dan juga ketika penis sedang lembek.
  2. Bulbokavernosus refleks. Tes ini dilakukan untuk mengevaluasi sensasi saraf di penis. Selama tes, dokter akan menekan kepala penis anda, yang harus segera menyebabkan anus berkontraksi. Jika fungsi saraf tidak normal, maka akan ada keterlambatan respon.
  3. Nocturnal penile tumescence (NPT).  Tes ini untuk mengukur fungsi ereksi pria saat sedang tidur. Normalnya, seorang pria mengalami lima atau enam kali ereksi saat sedang tidur malam. Saat bangun tidur di pagi hari pria juga akan mengalami ereksi. Ketiadaan ereksi di malam hari menunjukkan masalah pada fungsi saraf atau sirkulasi darah.
  4. Vasoactive injection. Selama tes ini, dokter akan menyuntikkan larutan khusus yang menyebabkan pembuluh darah pada penis membesar sehingga darah dapat masuk dengan lancar ke dalam penis sehingga ereksi terjadi.
  5. Dynamic infusion cavernosometry. Pada tes ini, dokter akan mengukur tingkat keparahan kebocoran vena, caranya dengan memompa penis dengan cairan dan mengukur berapa banyak cairan yang dibutuhkan agar penis tetap ereksi.
  6. Cavernosography. Dilakukan untuk mengetahui lokasi kebocoran pembuluh vena.
  7. Arteriografi. Untuk mengetahui dan melihat pembuluh darah yang tersumbat.

Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup keras untuk melakukan aktifitas seksual yang memuaskan.

Meskipun gangguan ini tidak berbahaya tetapi memiliki dampak negatif terhadap kualitas hidup penderita, pasangan dan keluarga.

Sebelum melakukan tindakan pengobatan, dokter yang menangani perlu mendiagnosa secara teliti untuk mencari tahu penyebab timbulnya disfungsi ereksi. Metode diagnosa meliputi tes wawancara dan psikis, tes darah, tes urin, tes ultrasound, dan tes ereksi di malam hari.

Jika anda menderita disfungsi ereksi selama tiga bulan berturut-turut, anda harus ke dokter dan bukannya mengkonsumsi segala jenis obat kuat yang banyak dijual di internet.

Konsumsi obat yang tidak tepat meskipun hasilnya bagus sangat berbahaya dan dapat menyebabkan impotensi permanen. Kunjungi dokter, lakukan diagnosa dan tes yang tepat dan baru lakukan pengobatan.

Referensi:

Leave a Reply